Indonesia Menuju Kemandirian Energi Nasional
(Yohanes Debritho Neonnub)
Masalah energi merupakan salah satu masalah paling krusial di belahan bumi manapun, termasuk Indonesia. Kehidupan manusia modern abad ini tidak (bisa) terlepas dari peran energi sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional negara. Segala aspek kehidupan manusia, dari hal terkecil hingga yang paling kompleks sekalipun, bisa dipastikan membutuhkan pemanfaatan energi. Manusia membutuhkan ketersediaan tenaga listrik, transportasi, komunikasi, hingga pengolahan kebutuhan makanan, semuanya membutuhkan sumber energi. Berkenaan dengan tema "Mengapa Pengembangan Energi Alternatif Terkendala?" yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul "Desa Mandiri Energi"di www.darwinsaleh.com, saya berpandangan bahwa saya sangat setuju dengan kebijakan dan komitmen negara dalam memberdayakan masyarakat pedesaan untuk terlibat aktif dalam program kemandirian energi.
Sangat menarik untuk mencermati program Desa Mandiri Energi ini. Darwin Saleh dalam situsnya menulis secara lugas bagaimana perkembangan program desa mandiri energi yang pada 2009 tercatat telah mencapai 628 desa dan mampu menghemat 43,3 juta liter BBM atau bila diuangkan bisa mencapai RP 195 Miliar. Program yang telah dimulai sejak 2007 silam ini menargerkan mampu mencetak 3000 desa mandiri energi pada akhir tahun 2014. Prospek ke depannya bahwa negara dapat merangkul 58.400 desa (desa non-perkotaan) untuk terlibat dalam pengembangan program desa mandiri energi. Bila program ini benar-benar terealisasi, maka negara dapat menghemat APBN Rp 18 Triliun per tahunnya yang sebelumnya dialokasikan bagi energi, bisa dialihfungsikan pada pengembangan pendidikan ataupun kesehatan masyarakat.
Desa Mandiri Energi - Sebuah Harapan Baru
Membaca tulisan Darwin Saleh yang berjudul "Desa Mandiri Energi", saya dapat melihat sebuah optimisme dan harapan yang besar akan kesuksesan program ini. Bagaimana tidak? Hingga saat ini, masalah energi merupakan masalah yang sangat urgen dan tentu menyangkut kehidupan masyarakat. Isu energi menjadi hal yang dapat dikatakan sangat sensitif di republik ini. Tentu ini cukup beralasan bila kita merunut kembali ke belakang, beberapa peristiwa penting ketika pemerintah berwacana untuk menaikkan harga BBM (bahan bakar minyak) yang pada akhirnya menuai protes keras dari masyarakat, aktivis dan akademisi.
Memanfaatkan angin sebagai energi alternatif (Foto : http://kabarbisnis.com/) |
Di negeri ini, kebutuhan terhadap sumber energi seperti minyak tanah, LPG, bensin, solar, dan lain-lain sangatlah tinggi, tetapi ketersediaan masih minim. Konflik internasional seperti di Timur Tengah juga telah ikut mempengaruhi harga minyak di dalam negeri, sehingga negara perlu mengambil langkah bijak menaikkan harga BBM. Kebijakan negara menaikkan harga BBM, atau membatasi penjualan BBM di pasaran, pada akhirnya hanya akan berakhir keributan di sana-sini. Situasi pragmatis seperti ini tidak lebih seperti sebuah lingkaran setan. Untuk itu, perlu ada sebuah langkah yang solutif, salah satunya adalah menciptakan energi alternatif sehingga manusia dapat mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi.
Program pemerintah yang menggalakanDesa Mandiri Energi (DME) bisa menjadi salah satu langkah cerdas menyikapi krisis akan energi pada masa kini. Seperti dilansir penulis dari laman resmi Kementerian ESDM, bahwa DME merupakan program penyediaan energi dengan memanfaatkan potensi energi setempat baik berbasis Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti pohon jarak, kelapa, kelapa sawit, tebu dan singkong. Selain itu, energi juga dapat dihasilkan dari non-BBN seperti tenaga angin, tenaga surya (matahari), tenaga air, dengan teknologi yang dapat dioperasikan oleh masyarakat setempat (Baca : Program Desa Mandiri Energi (DME) Departemen ESDM). Kebijakan untuk ikut menggandeng masyarakat dan membangun kemitraan bersama masyarakat desa merupakan sebuah upaya yang patut diapresiasi mengingat selama ini banyak program pemerintah yang mengabaikan peran aktif masyarakat sebagai sasaran dari program tersebut.
Negara dalam hal ini pemerintah memang perlu bersikap bijak dan cerdas dalam menghadapi tantangan krisis energi global. Langkah solutif dengan membangun kemandirian energi dari level pedesaan adalah sebuah langkah yang tepat. Masyarakat perlu ditanamkan edukasi tentang pentingnya kemandirian energi, dengan tidak terus bergantung pada ketersediaan energi fosil seperti batubara, petroleum atau minyak dan gas alam. Pentingnya untuk terus menanamkan kesadaran kepada masyarakat mengingat bahwa ketersediaan energi fosil di dunia semakin menipis sedangkan energi tersebut tergolong pada sumber daya yang tidak dapat diperbaharui atau tidak dapat dilestarikan, sehingga bila kelak habis, maka akan menjad "kiamat" bagi kehidupan manusia.
Melalui program Desa Mandiri Energi, masyarakat bisa memanfaatkan sumber daya alam untuk menghasilkan energi alternatif. Sebagai contoh di Desa Kalisari Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah yang sudah mulai memanfaatkan limbah industri tahu sebagai biogas untuk kebutuhan listrik di 90 rumah di desa tersebut (Baca :Teknologi Biogas untuk Pengembangan Desa Mandiri Energi). Keberhasilan pengembangan Desa Mandiri Energi juga dirasakan masyarakat Desa Metan, Sukoharjo, dan Desa Candi, di Kabupaten Semarang yang memanfaatkan kotoran sapi sebagai biogas sekaligus sebagai energi alternatif menggantikan kebutuhan akan gas LPG 12 Kg yang sudah mulai naik harga.
Pemanfaatan kotoran sapi sebagai biogas (foto : http://lookdediodesha.blogspot.com) |
Berbeda dengan wilayah di Jawa yang memanfaatkan limbah industri tahu dan kotoran sapi sebagai sumber energi alternatif, masyarakat di Nusa Tenggara Timur yang juga merupakan tempat kelahiran penulis, hingga saat ini sudah memanfaatkan banyak lahan kosong untuk menanam phon jarak atau jatropha sebagai salah satu sumber energi alternatif untuk BBM. Budidaya jatropha sangat cocok dengan kondisi geografis dan iklim di NTT yang pada dasarnya kering dan rendahnya curah hujan (Baca : Potensi Jatropha) Biji pohon jarak ini kemudian akan diolah menjadi minyak yang dapat menggantikan bensin bagi kendaraan bermotor.
Bila berkaca kembali pada beberapa desa yang telah sukses menjalankan program Desa Mandiri Energi ini, maka kita patut membangun rasa optimis yang besar. Program ini merupakan sebuah solusi jitu untuk membangun kemandirian bangsa terhadap ketersediaan energi. Dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada seperti air, tumbuhan, hewan, sampah panas matahari dan angin sebagai sumber energi alternatif, maka negara dapat menghemat lebih besar lagi APBN, sehingga dana untuk BBM bisa disalurkan kepada kebutuhan lain yang tidak kalah penting seperti pangan, kesehatan dan pendidikan. Kita berharap, ke depannya semakin banyak desa mandiri energi yang sukses menjalankan program ini.
Indonesia Menuju Kemandirian Energi Nasional
Seperti ulasan sebelumnya bahwa program Desa Mandiri Energi membawa sebuah harapan baru dan optimisme yang tinggi. Memang sudah saatnya pemerintah dan masyarakat bekerja sama membangun kemandirian energi yang pada akhirnya juga akan berdampak positif bagi kemajuan perekonomian bangsa. Penulis sepakat bahwa program Desa Mandiri Energi merupakan langkah yang bijak dan efektif dalam membangun kemandirian energi nasional. Bila berkaca kembali, tidak semua wilayah pedesaan di Indonesia ini tersentuh angin pembangunan. Masih banyak desa yang terisolir, tidak terjangkau jaringan listrik. Untuk itu, program Desa Mandiri Energi bisa menjadi pilihan yang brilian, dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki desa, maka kebutuhan terhadap listrik bisa terpenuhi tanpa harus bergantung kepada PLN sebagai induk industri listrik nasional.
Jika melihat kembali pada pertanyaan besar "Mengapa pengembangan energi alternatif terkendala?", jawaban atas pertanyaan tersebut tentu beragam pula. Dalam pandangan penulis, kesulitan terbesar saat ini adalah masih minimnya kesadaran masyarakat untuk beralih ke energi alternatif seperti biogas. Ketergantungan masyarakat yang begitu besa terhadap energi mineral (minyak bumi, gas alam dan batubara) sehingga sulit untuk beradaptasi dengan energi alternatif. Untuk itu peran aktif pemerintah dalam memberikan sosialisasi dan edukasi terkait manfaat jangka panjang penggunaaan energi alternatif perlu terus dilakukan secara berkala. Pendekatan dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan dan agama sehingga kesadaran akan pemanfaatan energi alternatif dapat tumbuh di tengah masyarakat Indonesia.
Pada sisi lain masih minimnya inovasi teknologi tepat guna menjadi salah satu tantangan dan hambatan. Negara perlu terus melakukan stimulus terhadap riset-riset ilmiah dalam rangka inovasi teknologi energi alternatif di tanah air. Riset memang pada dasarnya membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga peran aktif negara dalam membiayai riset teknologi memang sangat diperlukan. Tidak hanya itu, sistem birokrasi yang bersih dalam mengelola program pengembangan energi alternatif perlu mendapatkan perhatian serius. Praktek busuk korupsi yang sudah mengakar di ibu pertiwi ini sebisa mungkin dicegah sehingga dana yang tersalur benar-benar tepat sasaran.
Melihat itu semua, prospek masa depan dari program ini, dapat dikatakan bahwa Indonesia akan siap menuju kemandirian energi dengan mampu memanfaatkan energi alternatif yang handal. Maka dari itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai "tuan rumah" program ini perlu terus merangkul banyak masyarakat desa dalam membangun sumber energi alternatif bagi masyarakat. Selain itu, perlu terus dilakukan inovasi teknologi tepat guna, sehingga ke depannya Indonesia bisa benar-benar mandiri menghadapi krisis minyak global. Indonesia bisa, Indonesia mandiri energi alternatif. Semua program pro rakyat ini hanya akan berhasil bila ada transparansi dan pengawasan oleh masyarakat serta bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) sehingga benar-benar tepat sasaran. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat. Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan. Salam hangat selalu !!!
* * * * * * * *
0 Response to "Indonesia Menuju Kemandirian Energi Nasional"
Posting Komentar