“Kamu sudah dapat lelaki idaman Mama kan?” tanya beliau dari seberang.
“Belum Ma” jawabku datar.
“Mengapa belum? Ada banyak lelaki di luar sana kan?”
“Iya memang banyak Ma. Tapi aturan dan kriteria Mama juga banyak. Jumlah mereka akhirnya berkurang bahkan nyaris tidak ada.”
“Mama lakukan semua itu agar kamu mendapatkan lelaki yang tepat. Lelaki yang benar-benar bisa diandalkan sehingga hidup dan masa depanmu bahagia. Itu saja.”
“Tapi semua aturan main Mama seperti membuatku berada dalam lingkaran kaku.”
“Kaku? Kamu sendiri yang membuat semuanya terlihat rumit. Kamu masih ingat pesan Mama kan? Carilah lelaki yang 3S. Seiman, soleh dan tentunya sukses. Selain itu juga, kamu harus tetap memperhatikan filosofi 3S lainnya. Sanding, Sandang dan Sandung. Artinya bahwa calon suami kamu itu harus rupawan, tinggi dan sopan sehingga layak disanding, lelaki yang sukses agar tercukupi kebutuhan sandangmu. Jangan salah pilih, bila tidak ingin tersandung.”tambah Mama lagi.
“Mama sedang tidak ingin aku mencari seorang malaikat tak bersayap bukan?”
“Mama hanya ingin kamu bahagia. Itu saja. Jangan melihat lelaki dari luarnya saja, tetapi dalamnya juga nak. Ingat pesan Mama itu, 3S. Titik. Jangan salah lagi.” jawab Mama dari seberang sebelum akhirnya telepon diputus.
Kupandangi HP sedikit kecut.
“Mengapa harus 3S?” tanyaku sendiri seperti orang bodoh.
Sudah bukan rahasia lagi bila Mama adalah seorang wanita yang sangat mencintai huruf S. Entah mengapa, aku juga tidak tahu sebabnya. Asumsiku ini tentu beralasan. Bahkan bisa dibilang merupakan alasan yang kuat.
“Mengapa harus 3S?” tanyaku sendiri seperti orang bodoh.
Sudah bukan rahasia lagi bila Mama adalah seorang wanita yang sangat mencintai huruf S. Entah mengapa, aku juga tidak tahu sebabnya. Asumsiku ini tentu beralasan. Bahkan bisa dibilang merupakan alasan yang kuat.
Lihat saja aku dan ketiga adik-adikku. Semua nama kami diawali huruf S. Sherly, Satria dan Stephania. Rumah kami menghadap ke arah Selatan, itupun atas petunjuk Mama ketika awal dibangun. Mereka (Papa dan Mama) pun menikah di bulan September. Lagi-lagi juga diawali dengan huruf S dan itu juga atas permintaan Mama sehingga konon kabarnya pernikahan harus tertunda hingga 5 bulan karena permintaan ini. Selain itu juga, kedua anjing pitbull yang menjaga rumah juga diberi nama awal S; Snop dan Shaggy, persis anjing di film-film Hollywood itu.
Sebenarnya masih ada banyak hal lainnya yang berhubungan dengan huruf S, seperti merk pakaian, barang elektronik, motor, mobil dan berbagai tetek bengek lainnya. Semua bukti ini paling tidak menunjukkan kalau Mama adalah seorang yang (bisa dikatakan) fanatik terhadap huruf S, sama seperti kesukaan seseorang yang terlalu over terhadap warna, barang, orang (artis) atau sesuatu apapun itu.
Entah sejak kapan pula beliau menyukai huruf yang satu ini. Akupun tidak tahu persis jawabannya. Tidak mungkin itu terjadi ketika beliau masih remaja. Bila demikian, tentu bukan Papaku yang menjadi lelaki pendamping hidupnya. Pastilah lelaki dengan awalan huruf S juga. Tetapi yang ini berbeda.
Semua ini terdengar dan terlihat aneh bagiku, tetapi begitulah kenyataannya. Pernah ingin kutanyakan ini pada beliau, tetapi kuurungkan saja niatku itu. Ya, pasti beliau punya alasan dibalik kesukaannya pada huruf itu.
Kembali ke huruf S pilihan Mama. Bagaimana kalau itu hanya tampak dari luarnya saja, maksudku Seiman, Soleh, Sukses dan semua kebaikan yang berawalan S. Mama seperti melihat huruf S sebagai sebuah kesempurnaan seperti kata Sempurna itu sendiri yang juga diawali huruf S. Lalu bagaimana dengan kata Setan, Sengsara, Selingkuh, Serakah, Sensitif, Sok-soan, Sombong, dan berbagai konotasi negatif berawalan S.
Bagaimana bila akhirnya 3S pilihan Mama yang Seiman, Soleh dan Sukses berubah menjadi Sengsara Sepanjang Saat. Aku tentu tidak mau itu. Aku harus punya pilihan sendiri, bijak memilih lelaki yang bisa membahagiakan hidup dan masa depanku. Aku tidak bisa terus berada dalam lingkaran kaku ini. Mama memang benar, tetapi tetap saja masa depan adalah pilihanku sendiri dan aku yang akan menjalaninya. Aku kini punya pilihan sendiri pula. Maafkan aku Ma.
Tiba-tiba HP-ku berdering, membuyarkan lamunanku tentang Mama dan huruf S. Sebuah pesan singkat.
“Shanti sayang, aku ke Gereja dulu ya. Ada misa Jumat pertama sore ini. Kamu jangan lupa shalat ya sayang. Love you so much….”
Kutatap pesan singkat itu sembari tersenyum kecil. Terima kasih Tuhan. Aku tahu kini harus kemana.
* * * * * * * *
Yogyakarta, 19 Agustus 2012
Suatu malam di bulan Agustus…
*Cerita mini ini sudah pernah saya posting di blog Rumah Hijau yang lama dan akan dihapus dan juga pernah di notes Facebook saya.
*Cerita mini ini sudah pernah saya posting di blog Rumah Hijau yang lama dan akan dihapus dan juga pernah di notes Facebook saya.
0 Response to "Lelaki Pilihan Mama - Cerita Mini"
Posting Komentar